Yang Berlalu dan Yang Datang
Bulan Ramadhan baru saja kita lewati, ada perasan sedih yang menggelayuti
jiwa dan rohani kita. Bulan yang penuh berkah telah berlalu, kita hanya bisa
berharap dengan doa-doa yang selalu kita panjatkan ke hadirat Allah swt, supaya
kita bisa bertemu kembali dengan bulan yang penuh berkah ini tahun
depan.
Dibalik kesedihan berpisah dengan bulan Ramadhan, kita sambut hari yang
cerah dengan terbitnya fajar kemenangan dibulan Syawal. Bulan ini kita awali
dengan perayaan kemenangan perjuangan melawan hawa nafsu, yang telah membentuk
diri kita sebagai insan baru. Di bulan Syawal ini merupakan saat yang tepat
dimana kita dapat menorehkan untaian cerita kehidupan yang lebih bermakna pada
lembar jiwa yang baru.
Tradisi Syawal-an
Di Indonesia, pada bulan Syawal juga lekat dengan beragam tradisi untuk
merayakan Idul Fitri, tetapi yang unik dari semua tradisi itu umumnya bertujuan
untuk merekatkan tali silaturahim. Sedangkan silaturahim sendiri didalam ajaran
Islam sangat dianjurkan. Bahkan Rasulullah SAW bersabda: “Siapa yang ingin diluaskan rezekinya dan dipanjangkan
umur nya, hendaklah menyambung tali silaturahim.” (Muttafaq ‘alaih). Jadi silaturahim memang
memiliki keunggulan yang luar biasa untuk kemaslahatan umat. Di Indonesia sudah
jamak tatkala sesama muslim bersilaturahim biasanya diwujudkan dalam bentuk
halal bi halal dan dimanfaatkan untuk saling bermaaf-maafan. Walaupun mungkin
diantara mereka tidak pernah saling berbuat salah
Hal ini tentunya juga sebuah tradisi yang Islami, walaupun Al Quran
mengajarkan kepada umat Islam supaya menerapkan sifat “afwun” (pemaaf) itu
dalam jiwanya. Artinya setiap saat dimanapun tempatnya kita harus memiliki
sifat pemaaf, tidak harus menunggu satu tahun untuk saling bermaaf-maafan.
Tingkatan Derajat “Afw” (Pemaaf)
Setiap manusia bisa menjadi seorang Pemaaf, tetapi tidak semuanya mencapai
kedudukan yang tertinggi. Al Quran mengklasifikasikan derajat “Afw” (Pemaaf)
dalam tiga tingkatan, yaitu
(QS. Ali Imran 134):
1.
“Wal kadhiminal ghaidha” (menahan
marah), yaitu apabila disakiti dapat mengekang kemarahannya.
2.
“Wal ‘afiina ‘anin naas” (memaafkan
tanpa syarat), yaitu dapat memaafkan dan mengampuni orang yang bersalah.
3.
Wallaahu yuhibbul muhsiniin” (memberikan
kebaikan), yaitu orang yang disakiti tidak hanya bisa menahan marah dan
memaafkan, tetapi juga bisa memberikan kebaikan kepada orang yang bersalah,
sehingga orang yang bersalah tersebut justru mendapat anugrah.
Sikap Orang yang Bersalah
1. “Dzakarullaaha” (ingat kepada Allah), yaitu berhenti, sesali dan tidak mengulangi
kesahannya.
2. “Fastaghfaru lidzunuubihim”, yaitu memohon ampunan
kepada Allah SWT dan meminta maaf kepada manusia (lunasi hutang/kesalahannya).
Semoga di bulan Syawal ini kita benar-benar menjadi insan yang lebih baik
dari sebelumnya
PUASA SYAWAL
Dari Tsauban, Rasulullah SAW bersabda:
“Barang siapa berpuasa enam hari setelah hari raya Idul Fitri, maka dia
seperti berpuasa setahun penuh. [Barang siapa berbuat satu kebaikan, maka baginya sepuluh kebaikan semisal].”
(HR. Ibnu Majah & dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dlm Irwa’ul Gholil)
**********************
By. Handira Informasi
Komentar